Perkuat Iman Hadapi Tantangan Zaman
Tuesday, 18 March 2025 Oleh Admin
Nabi Muhammad saw bersabda dalam hadits riwayat Muslim: “Bersabarlah kalian karena sesungguhnya tidak datang atas kalian satu zaman kecuali zaman sesudahnya lebih buruk dari padanya”.
Sabda Nabi saw ini ilmiah dan sesuai dengan kenyataan, berita kenabian ini bukan untuk menebar pesimisme tetapi sebagai peringatan agar bersiap dan bersabar menghadapi dan mengatasinya, karena untuk inilah umat Muhammad diturunkan dan diistimewakan.
Kita melihat kenyataan dunia semakin maju, ilmu pengetahuan berkembang sangat cepat, tetapi mengapa dunia tidak semakin tentram, tapi semakin gelisah. Perkembangan ekonomi semakin lama semakin meningkat, artinya kehidupan semakin makmur tapi tatanan sosial semakin sakit, mengidap berbagai macam masalah yang meresahkan. Kegelisahan, keresahan terekam dalam gambar yang disajikan setiap hari. Peperangan, persaingan, konflik, ketidak adilan, kedlaliman, dunia gerah bahkan sangat memilukan. Apa yang terjadi dan apa yang salah?
Orang-orang yang beriman memberi solusi kembalilah kepada agama, dekati tuntunan Tuhan. Mereka menjawab tidak, justru agamalah biang keladinya. Agamalah yang memicu keresahan, menimbulkan perpecahan, agamalah yang melahirkan konflik. Semua agama merasa benar sendiri, itulah yang melahirkan konflik, bahkan di kelompok-kelompok agama saling menyalahkan, hanya salah satu dari mereka yang masuk surga dan yang lainnya ke neraka, bahkan bertengkar atas nama agama, membunuh dengan atas nama agama.
Agama juga tidak mampu memenuhi harapan dan tuntutan kebutuhan manusia, terbukti negara yang mayoritas penduduknya beragama, 60% hidup dalam kemiskinan. Sebaliknya, negara yang memisahkan agama dari kehidupan politik, ekonomi, dan hukum lebih berhasil dan mampu mensejahterakan masyarakatnya. Akibat pandangan seperti itu, lahirlah kebencian kepada agama, di Parlemen Uni Eropa ada koalisi anti islam yang diinisiasi Gert Wilden dari Netherland Party for Freedom, Marine Heben dari French National Front, Nobert Hofer dari FIO (Partai Kebebasan Austria), dan lain-lain. Berulang-ulang demonstrasi pembakaran Qur’an di depan umum, misalnya di Norwegia tahun 2019, di Denmark tahun 2022, di Den Haag tahun 2023 terus berlangsung hingga tahun 2024.
Dalam suasana seperti itu datang angin harapan ada pemahaman yang bisa mendamaikan dunia, ketika manusia terpojok dalam frustasi, mengalami trauma akibat agama yang terkesan kaku dan mengekang kebebasan, serta seringkali bertikai dengan akal dan ilmu pengetahuan, angin harapan itu bernama Plularisme. Paham yang dianggap menentramkan dan seolah memberi jalan keluar, merobohkan sekat-sekat antar agama dan sekat sempit dalam agama.
Pandangan baru tentang kebenaran bahwa semua agama sama-sama sah, jalan yang sama- sama menuju Tuhan, semua agama dapat berdamai apalagi dalam kelompok agama yang sama, semua dapat jalan bersama menuju keselamatan dan kebenaran yang diyakini masing- masing. Semua manusia bersaudara, perbedaan agama tidak mesti membuat bertentangan. Sebab meskipun berbeda agama, kebaikan itu abadi dan universal. Paham ini melahirkan satu tatanan etika dan moralitas baru. Apa yang disebut islami dianggap tidak hanya terkandung dalam Al-Qur’an atau Hadits, dia juga ada dalam ajaran agama lain bahkan ada dalam kearifan lokal, nilai kebaikan tidak sempit dan kaku. Agama dan kebaikan tidak boleh diakui oleh satu agama apalagi dibatasi satu kelompok dalam agama tertentu.
Dalam kecamuk pertentangan pendapat yang memenuhi hari-hari, dalam kebingungan manusia menempuh kehidupan yang penuh persaingan, hadir pemahaman yang menawarkan keteduhan. Keberagamaan yang tidak terjebak hanya dalam ritual formal, tapi keberagamaan yang lebih substantif yaitu spiritualitas yang mewarnai perilaku sikap moral. Paham ini merayap dalam keseharian kita, paham ini berseliweran di media informasi dan media sosial bahkan novel dan lirik lagu. Kita menyaksikan dan mendengar pejabat, menteri, ketua partai, pemimpin ormas membuka pidato atau sambutan dengan menggabungkan sapaan penghormatan beberapa agama bahkan tradisi penganut aliran kepercayaan.
Sering kita melihat dan mendengar pidato politik atas pengarahan yang melontarkan ucapan berbau ancaman jangan membawa-bawa agama ke ranah politik, politik identitas buruk dan berbahaya, intoleran itu sikap yang harus dijauhi. Bagaimana reaksi kita? Tentu kita harus berhati-hati dan waspada, sebab paham ini mengalir seolah air sejuk yang menyentuh tanah gersang, yang kalau tidak waspada akan menjebak. Paham ini di dalamnya ada racun yang mengaburkan, mengancam aqidah dan menyamarkan ketentraman dan keselamatan, merancukan gagasan ketuhanan, bahwa semua agama benar. Ide memisahkan agama sebagai keyakinan pribadi dari kehidupan politik, membebaskan ilmu pengetahuan dari dogma adalah bunuh diri.
Faktanya kembali ke awal mengapa kemajuan ekonomi, kemampuan kekayaan, berkembangnya ilmu pengetahuan tidak memberikan ketentraman tidak menyebarkan kedamaian tapi melahirkan kegelisahan dan mewujudkan tatanan sosial yang meresahkan. Mereka menyalahkan agama, padahal kondisi terjadi karena mereka meninggalkan agama.
Tetapi tuduhan mereka bukan tanpa bukti, gugatan mereka bukan tanpa fakta. Agama memicu keresahan, agama menimbulkan perpecahan, agama melahirkan konflik, agama tidak mampu menjawab tuntutan kehidupan, tidak mampu mengentaskan kemiskinan, kekecewaan mereka seolah wajar. Tapi bagi seorang mukmin harus penuh keyakinan bahwa Dienullah pasti menyelamatkan dunia akhirat, jalan Allah pasti benar. Pluralisme menurut keyakinan kita justru penodaan pada Tauhid.
Kalau agama dianggap mengecewakan bukanlah agama tapi praktik keagamaan yang tidak tepat, mereka gagal paham tentang agama, penganut agama malpraktik dalam beragama. Kita kaum muslim harus muhasabah, kita tidak mampu atau belum mampu membumikan tauhid kita dalam kehidupan Tauhid Aqidah, Tauhid Syariah, Tauhid Sosial. Kalau agama itu Aqidah, Syariah, dan muamalah atau Dienul Islam itu iman, Islam dan Ihsan itu bukan bagian yang terpisah-pisah. Seperti banyak digambarkan dalam Al-Quran atau dalam hadits, seperti pohon, pohon bukan sekedar batang, tangkai, dan daun, Pohon seutuhnya akar, batang, tangkai, daun, dan buah.
Dr. yusuf Qardhawi menggambarkan: “Islam tumbang karena lemah iman, lemah ilmu, lemah kemampuan, dan lemah ukhuwah”. Logika terbaliknya, bagaimana seharusnya kita menghadapi perkembangan zaman? Kuatkan iman, kuasai ilmu, tingkatkan kemampuan dan kokohkan ukhuwah. Kuatnya iman, teguhnya pendirian dan tepatnya memahami tauhid dan memahami qodlo dan qodar. Kuatnya ilmu kuasai ilmu agama, al-qur’an dan sunnah dan ilmu turost para ulama pendahulu, kuasai ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai minat dan bakat masing-masing, jauhi taqlid dan kobarkan ruh jihad dan ijtihad. Kokohkan ukhuwah, jalin kehidupan yang penuh rahmat dan kasih sayang.
Ditulis oleh: K.H. O. Surachman
Disampaikan pada kegiatan Al-Marhalatul Ilmiyyah PC Pemuda Persis Banjaran pada tanggal 12 Ramadhan 1446 H / 12 Maret 2025 M
Cari Berita
Berita Populer
Suksesnya Kegiatan CraftPreuneur dalam Mengembangkan Kreativitas dan Bisnis di Pemudi Persis Banjaran
PC Pemudi Persis Banjaran selenggarakan Pra Ma'ruf
PC Pemuda Persis Banjaran inisiasi Program Mubahatsah
Kajian Populer
Sejarah Bani Israil Dan Konflik Palestina- Israel Tinjauan Historis Dan Akademis
Seminar Pendidikan PC Persis Banjaran 2025 - Ust. H. Ucu Najmudin, M.Pd
Bakar Semangat Jihadmu!