Makna Itsar dalam Al-Hasyr ayat 9 - Sandi Ibnu Januar

Thursday, 05 October 2023 Oleh Admin
Bagikan

Makna “Itsar” Dalam Surat AL Hasyr : 9

 وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Dan orang-orang Ansor yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ketempat mereka, dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin), dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas diri mereka sendiri, meskipun mereka juga memerlukan, dan siapa yang dijaga dari kekikiran, maka mereka itulah orang –orang yang beruntung. (Q.S Al Hasyr : 9)

Arti Itsar

Secara bahasa, Itsar adalah bentuk mashdar (kata dasar) dari آثَرَ يُـؤْثِرُ إيثَارًاyang berarti At-Taqdiim (mendahulukan), Al-Ikhtiyar (memilih), dan Al-Ikhtishash (Mengkhususkan). Maka kalimat آثَرَهُ إِيْثَارًاberarti memilih dan mengutamakannya. (Kamus Al-Mu’jam Al-Wasith, 5/1)

Menurut Istilah, imam Al-Jurjani dalam kitabnya At-Ta’rifat halaman 59, bahwa Itsar bermakna;

أَنْ يُقَدِّمَ غَيْرَهُ عَلَى نَفْسِهِ فِي النَّفْعِ لَهُ، وَالدَّفْعِ عَنْهُ، وَهُوَ النِّهَايَةُ فِي الْأُخُوَّةِ

"Mendahulukan orang lain atas diri sendiri dalam memberi manfaat baginya serta menolak keburukan darinya. Itsar ini merupakan puncaknya persaudaraan (ukhuwwah)."

Imam Al-Qurthuby menambahkan:

وَذَلِك يَنْشَأُعَنْ قُوَّةِالْيَقِين وَتَوْكِيدِالْمَحَبَّةِوَالصَّبْرِعَلَى الْمَشَقَّةِ .

"Sifat “Itsar"ini timbul dari kuatnya keyakinan dan keteguhan cinta serta kesabaran dalam menghadapi kesulitan." (Tafsir Al-Qurthuby, Juz 18 Hal 21)

Tingkatan Kedermawanan

Sifat dermawan merupakan salah satu sifat terpuji (Al-Akhlaq Al-Mahmudah). Di dalam bahasa arab ada tiga kata yang mempunyai padanan arti dermawan yakni Al-Itsar, As-Sakho, dan Al-Juud. Sifat “Itsar” adalah level tertinggi dari dermawan. Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah di dalam kitabnya Madarijus Salikin jilid 2 halaman 292, membedakan antara ketiga sifat ini, yaitu:

Pertama, sakho’(Arab, السَّخَاءُ). Yaitu orang yang suka mendermakan bagian kecil dari hartanya, namun menyisakan sebagian besar hartanya untuk dirinya sendiri.

Kedua, jud(Arab, الْجُوْدُ) yakni orang yang suka mendermakan lebih banyak dari hartanya, dan menyisakan lebih sedikit atau minimal sama dengan yang diberikan. (Sakho’danjudadalahtingkatkedermawanan yang minimal harusdimilikiolehsetiapmuslim,sepertianjuran Allah dalam QS Ali Imron 3:134).

Ketiga, itsar(Arab, الإِيْثَارُ). Itsar adalah orang yang menggunakan hartanya lebih banyak untuk disedekahkan pada orang lain sekalipun dirinya memerlukan harta tersebut. Istilah itsar inilah yang disebut dalam firman Allah QS Al-Hasyr :9.

Sebab Turun Ayat

Imam Al-Qurthuby dalam tafsirnya Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’anil ‘Azhim juz 18 halaman 21, mencantumkan hadits riwayat Abu Hurairrah yang dicatat oleh imam muslim dalam kitab shahihnya sebagai kronologis turunnya ayat kesembilan surat Al-Hasyr diatas;

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّي مَجْهُودٌ فَأَرْسَلَ إِلَى بَعْضِ نِسَائِهِ فَقَالَتْ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا عِنْدِي إِلَّا مَاءٌ ثُمَّ أَرْسَلَ إِلَى أُخْرَى فَقَالَتْ مِثْلَ ذَلِكَ حَتَّى قُلْنَ كُلُّهُنَّ مِثْلَ ذَلِكَ لَا وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا

 

 عِنْدِي إِلَّا مَاءٌ فَقَالَ مَنْ يُضِيفُ هَذَا اللَّيْلَةَ رَحِمَهُ اللَّهُ فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَقَالَ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَانْطَلَقَ بِهِ إِلَى رَحْلِهِ فَقَالَ لِامْرَأَتِهِ هَلْ عِنْدَكِ شَيْءٌ قَالَتْ لَا إِلَّا قُوتُ صِبْيَانِي قَالَ فَعَلِّلِيهِمْ بِشَيْءٍ فَإِذَا دَخَلَ ضَيْفُنَا فَأَطْفِئْ السِّرَاجَ وَأَرِيهِ أَنَّا نَأْكُلُ فَإِذَا أَهْوَى لِيَأْكُلَ فَقُومِي إِلَى السِّرَاجِ حَتَّى تُطْفِئِيهِ قَالَ فَقَعَدُوا وَأَكَلَ الضَّيْفُ فَلَمَّا أَصْبَحَ غَدَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ قَدْ عَجِبَ اللَّهُ مِنْ صَنِيعِكُمَا بِضَيْفِكُمَا اللَّيْلَةَ

Dari Abu Hurairah dia berkata: “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu dia berkata: ‘Aku berada dalam kesulitan (susah hidup dan lapar).’Maka beliau bawa orang itu kerumah sebagian istri-istri beliau, menanyakan kalau-kalau mereka memiliki makanan. Para isteri beliau menjawab: ‘Demi Allah yang mengutus Anda dengan kebenaran, Aku tidak sedia apa-apa selain air.’Begitulah jawaban mereka masing-masing hingga seluruh istri beliau mengatakan dengan jawaban yang sama. Lalu beliau bersabda kepada para sahabat: ‘Siapa bersedia menjamu tamu malam ini niscaya dia diberi rahmat oleh Allah Ta’ala.’Maka berdirilah seorang laki-laki Anshar seraya berkata: ‘Aku, ya Rasulullah! ‘kemudian dibawalah orang itu kerumahnya. Dia bertanya kepada isterinya: ‘Adakah engkau sedia makanan? ‘Jawab isterinya: ‘Tidak ada, kecuali makanan anak-anak.’Katanya: ‘Alihkan perhatian mereka dengan apa saja. Dan bila tamu kita telah datang, matikanlah lampu dan tunjukkan kepadanya bahwa kita seolah-olah ikut makan bersamanya. Caranya bila dia telah mulai makan, berdirilah kedekat lampu lalu padamkan. Maka duduklah mereka, dan sang tamu pun makan. Setelah Subuh, sahabat tersebut bertemu dengan Nabi shallallahu‘alaihiwasallam. Lalu kata beliau: ‘Sungguh Allah kagum dengan cara kamu berdua melayani tamu kalian tadi malam'. (HR. Muslim, 3/1624 no. 2054)

Sedangkan imam Jalaluddin As-Suyuthy dalam kitab Lubabun Nuqul Fi Asbabin Nuzul halaman 208, mengutip hadits riwayat imam Al-Hakim dalam kitabnya Al-Mustadrok ‘Alash Shohihain Juz 3 hal. 299 no. 3852 sebagai sebab turun ayat tersebut;

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : أُهْدِيَ لِرَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ رَأْسُ شَاةٍ ، فَقَالَ : " إِنَّ أَخِي فُلَانًا وَعِيَالَهُ أَحْوَجُ إِلَى هَذَا مِنَّا " قَالَ : فَبَعَثَ إِلَيْهِ فَلَمْ يَزَلْ يَبْعَثُ إِلَيْهِ وَاحِدًا إِلَى آخَرَ حَتَّى تَدَاوَلَهَا سَبْعَةُ أَبْيَاتٍ حَتَّى رَجَعَتْ إِلَى الْأَوَّلِ فَنَزَلَتْ :  وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ  إِلَى آخِرِ الْآيَةِ

Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘Anhu dia berkata: “Seorang sahabat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi hadiah kepala kambing, dia  teringat  dan berkata: “Saudaraku si Fulan dan keluarganya lebih memerlukan daging kambing  ini dari padaku. Dengan segera daging kambing itu dikirimkan kepada sahabatnyatadi, namun si temannya ini (juga merasa  ada sahabatnya yang lebih memerlukannya dari dirinya)lalu dia kirim kepada sahabat yang dirasakan lebih memerlukannya, tetapi sahabat yang dikirimi ini-pun juga sama persis dengan perasaan teman sebelumnya, maka daging kambing itu dikirimkan kepada sahabat yang lebih memerlukan…… demikian daging itu berkeliling berputar sampai tujuh rumah (kepala keluarga) bahkan terakhir kembali ke sahabat yang pertama mendapat hadiah kambing tadi.”  Maka turunlah Al-Quran QS. Al-Hasyr 9 diatas.

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya jilid 8 hal 42, mengisahkan kisah heroik tiga sahabat nabi yang gugur dalam perang Yarmuk;

وَهَذَا الْمَاءُ الَّذِي عُرِضَ عَلَى عِكْرِمَةَ وَأَصْحَابِهِ يَوْمَ الْيَرْمُوكِ ، فَكُلٌّ مِنْهُمْ يَأْمُرُ بِدَفْعِهِ إِلَى صَاحِبِهِ ، وَهُوَ جَرِيحٌ مُثْقَلٌ أَحْوَجُ مَا يَكُونُ إِلَى الْمَاءِ ، فَرَدَّهُ الْآخَرُ إِلَى الثَّالِثِ ، فَمَا وَصَلَ إِلَى الثَّالِثِ حَتَّى مَاتُوا عَنْ آخِرِهِمْ وَلَمْ يَشْرَبْهُ أَحَدٌ مِنْهُمْ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَأَرْضَاهُمْ .

Demikian pula air minum yang ditawarkan kepada Ikrimah dan teman-temannya pada Perang Yarmuk; masing-masing dari mereka memerintahkan agar diberikan kepada temannya, padahal Ikrimah sendiri dalam keadaan luka berat dan sangat memerlukan air minum, lalu temannya menyerahkan air itu kepada orang yang ketiga, dan belum sampai air itu ketangan orang yang ketiga. Akhirnya mereka mati semua dan tiada seorang pun dari mereka yang meminum air itu.Semoga Allah meridai mereka dan membuat mereka puas dengan balasan pahala-Nya.